rangka atap dibuat dari bahan bambu
Penutup atap rumah adat karo ini terbuat dari ijuk yang bersusun-susun sehingga mencapai tebal 20 cm. rangkanya sendiri terbuat dari bamboo yang di belah 1x3 cm dan di ikat dengan rotan dan dari bambu yang satu dengan yang satunya lagi mempunyai jarak 4 cm.
Buang para ini berfungsi sebagai tempat kayu-kayu bakar. Letaknya berada persis di atas dapur. Selain sebagai tempat kayu bakar berfungsi juga sebagai tempat hasil panen agar hasil panen cepat kering. Terbuat dari kayu yang berukuran 20x30cm. cara penyambungannya dengan memakai teknik sambungan dengan istilah “pen”.
Terbuat dari kayu yang sudah tua, yang berupa lembar papan yang berukuran 4x30cm. posisinya ini terletak pada sudut-sudut dinding yang berfungsi untuk Manahan dan memikul dinding, cara memasangnya dengan menggunakan sambungan kayu “pen” cuping ini di bentuk dengan pola ukiran.
labah atau jendelaLabah atau jendela terbuat dari papan yang tebak berukuran 8x30 cm. memanjang di tengah-tengah. Jendela ini di buat miring ke luar 40 cm agar ruangan di dalamnya lebih luas. Jumlah jendela pada ruamah siwaluh jabu ini ada 8. 2 dibagian depan, 2 dibagian belakang, dan 4nya lagi di bagian kiri dan kanan rumah ini.
. Mahat
Beberapa hari setelah acara Perbelit-belitken, Pande (tukang) telah dapat melakukan tugasnya. Kayu yang telah tersedia itu mulai diukur dan dikupas dengan “Beliung” (semacam kampak) sesuai dengan yang diperlukan, dan pekerjaan yang berikutnya dikerjakan pekerja mahat (memahat) perkayuan.
Rumah Adat Karo mempunyai “Ayo”, yaitu bagian atas rumah yang berbentuk segi tiga. Ayo Rumah Adat itu terbuat dari bambu dengan anyaman bercorak khusus diberi ragam warna dengan motif hiasan bidang
ornamen-ornamen pada rumah karo ini, semuanya mengandung arti mistic, ini berkaitan dengan kepercayaan pada masa itu.
Walaupun bagian-bagian dari rumah itu telah dikerjakan dan rumah itu dapat dipergunakan, tapi sebelum dipasang tanduknya berarti belum selesai. Oleh karena itu dipasang tanduk pada Rumah Adat Karo sudah menjadi keharusan dan tidak dapat diabaikan.
Tangga pada rumah ini ada dua, yang satu posisinya terdapat di pintu masuk dan satunya lagi di bagian belakang. Tangga ini terbuat dari bamboo dan juga kayu yang bernama kayu tempawa. Bambu yang di pakai pada tangga ini biasanya berdiameter 15cm. demikian juga dengan kayu. Anak tangganya biasanya berjumlah ganjil yaitu 3.
Palas adalah sebutan untuk pondasi dalam bahasa karo. Palas ini terbuat dari batu alam yang terdapat di gunung atau sungai.
masyarakat karo bergotong royong untuk perbaiki
rumah yang sudah rusak
masyarakat karo
tunjuk langit adalah:tiang pemikul bubungan atap yang terbuat dari kayu berukuran 7x15 cm dan itu letaknya paling atas atap dengan mengikatnya dengan memakai tali ijuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar